Anak-anak memang memiliki kesulitan untuk menghafal sesuatu.
Ketika ia dihadapkan pada sesuatu yang abstrak, ia harus berusaha mengenalinya
dan memasukannya ke dalam memori. Namun, hal tersebut tidak semudah yang
dibayangkan oleh orang dewasa. Jika proses pengenalannya tidak tepat, si anak
tidak akan bisa menghafalnya. Dengan kata lain, si anak kurang bisa memahami
konsep yang sedang dihadapinya. Penyebab lainnya berkaitan dengan atensi
sehingga si anak tidak memfokuskan pikiran pada obejk yang seharusnya dia
bentuk. Bisa saja karena konsentrasinya terbatas. Padahal untu menghafal sebuah
materi, konsentrasi dan atensi saling berhubungan erat. Kemampuan organisasi
yang terbatas juga bisa mempengaruhi
kemampuan menghafal. Si anak belum terbiasa dan harus dilatih terus. Penyebab-penyabab
tadi bisa terjadi karena adanya keterlambatan perkembangan sehingga proses
belajar terhambat. Agar kesulitan menghafal ini tidak berkelanjutan hingga anak
dewasa, ada baiknya orang tua mengantisipasinya sejak awal. Caranya seperti
dibawah ini.
1. Harus membuat sesuatu yang dihafal dekat dengan kehidupan
anak. Misalnya sesuatu yang bisa dilihat dan diraba. Hal ini lebih mudah
dilakukan anak agar anak bisa memenuhi kebutuhannya, bahkan sampai pada
kebutuhan yang sangat kecil.
2. Melatih atensi dan konsentrasi anak dengan cara mendampingi anak
ketika sedang belajar terutama soal menghafal dan memberikan ruang yang
kondusif sehingga ia lebih fokus. Usahakan agar waktunya tidak terbagi dengan
kegiatan lain. Jadi saat anak sedang belajar, jangan menyuruhnya melakukan hal
lainatau membiarkan ia berada ditempat yang salah. Ini dilakukan semata-mata
untuk menghindari konflik yang menyebabkan konsentrasi terpecah.
3. Mind mapping merupaka
salah satu cara mengajarkan anak untuk menhafal yang tepat. Apalagi jika anak
tidak terbiasa belajar dengan cara sistematis. Mind mapping paling
sederhana adalah mengaitkan objek hafalan dengan contoh yang dapat diaplikasikan
dalam keseharian. Anda bisa menggunakan pengklasifikasian benda atau kata
dengan diagram, garis, atau yang lainnya. Yang penting, gunakan konsep “kategorisasi”
agar pola pikirannya jadi lebih runtut dan memudahkan dia mengaitkan sesuatu
dengan yang lain.
4. Jika masalahnya developmental
delay atau keterlambatan perkembangan, gunakan pola “mengulang” sampai anak
betul-betul hafal.
5. Kenali gaya atau kebiasaan belajar anak. Apakah anak
meruupakan tipe pendengar, visual, atau taktil kinestetik dengan cara meraba
atau meemgang atau yang lain. Apapun gayanya, itu dapat membantu anak menghafal
lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar