Sabtu, 30 Juni 2012

Lima Langkah untuk Mulai Berinvestasi

Banyak orang mulai menganggap investasi sebagai kebutuhan demi mengamankan tingkat kesejahteraan di masa depan. Atau, bisa juga untuk menggandakan dana lebih. Namun tak sedikit yang bingung, dari mana harus memulai.

Secara umum, orang berinvestasi untuk melindungi kekayaan (aset) terhadap pengaruh inflasi atau demi mendapatkan keuntungan lebih besar di masa akan datang. Prinsipnya, mengamankan tingkat kehidupan. 

Selain itu, ada juga orang berinvestasi sebagai tindakan antisipasi atas ketidakpastian pendapatan. Mungkin juga untuk memenuhi kebutuhan masa depan saat pensiun, serta rencana-rencana lainnya seperti pendidikan.

Setelah mengetahui alasan perlunya investasi, lantas bagaimana langkah-langkah memulainya? Sebaiknya jangan coba-coba menanam dana atau berinvestasi pada instrumen yang tidak dikenal.

Berikut ini adalah lima langkah yang bisa dijadikan persiapan sebelum memulai investasi agar rasa percaya meningkat dan berani memulai.

Pertama, buatlah gambaran lengkap mengenai kondisi diri kita saat ini, yang meliputi: usia dan rencana pensiun, jumlah seluruh dana dan pendapatan tetap (diterima secara rutin tiap bulan), serta berapa pengeluaran tetap. Ini penting untuk mengetahui seberapa besar kemampuan atau keharusan kita menyisihkan jatah untuk investasi.

Kedua, di saat mengukur kemampuan, jangan lupa menyisihkan dana darurat. Tidaklah arif seandainya dana ini dimasukkan dalam skema investasi. Namanya darurat, harus bisa digunakan kapan saja, entah untuk kebutuhan rumah sakit atau lainnya. Jika masuk skema investasi, pencairan di muka bisa kena penalti.

Ketiga, siapkan target yang ingin dicapai. Untuk kebutuhan apa dana yang diinvestasikan? Keperluan demi pensiun tentu berbeda dengan pendidikan. Begitupun, berbeda dengan sekadar ingin mendapatkan keuntungan. Jangan sampai salah target, sebab bisa-bisa salah strategi. Persiapan ini sangat menentukan besaran yang harus ditanam maupun target imbalan yang ingin dicapai.

Keempat, menyiapkan jangka waktu investasi atau kapan dana perlu dicairkan. Tahapan ini sebagai tindak lanjut dari sebelumnya, yaitu target yang ingin dicapai. Bukan hanya tahun, bulan pun perlu diperhitungkan. Jangan sampai misalnya, dana hasil investasi diperlukan untuk membayar sekolah pada Mei tahun tertentu malah jatuh tempo Juni atau Juli. Itu berarti, Anda terpaksa berutang dulu sambil menunggu dana cair.

Kelima, tentukan instrumen investasi. Memilih jenis instrumen sebaiknya ikut memperhitungkan tingkat fluktuasi. Misalnya, antara saham yang memiliki tingkat fluktuasi tinggi, bisa diimbangi dengan emas yang relatif lebih stabil. Tidak arif dalam berinvestasi bukan sekadar menempatkan pada instrumen yang sama semua, melainkan juga, pada instrumen berkarakter mirip. Seperti investasi emas dan properti, berkarakter mirip lantaran perilakunya untuk jangka panjang.

Kelima langkah awal ini merupakan tahapan yang didasarkan pada kebutuhan secara subjektif dan menjadi acuan dalam membantu menentukan pilihan. Walaupun sebenarnya, masih ada faktor dari luar yang juga perlu diperhatikan agar tujuan investasi lebih mudah tercapai.

Salah satu faktor luar misalnya inflasi, yang perlu diperhitungkan lantaran bakal mengurangi nilai kekayaan di masa mendatang. Atau, nilai tukar maupun suku bunga, serta informasi pendukung lainnya yang berpotensi mempengaruhi investasi. 

Sebagai contoh, ketika sedang terjadi gejolak di Eropa, para investor besar menarik investasi di pasar modal kawasan itu, atau perusahaan-perusahaan dari Eropa. Mereka langsung mengamankan dana. Terutama pada instrumen dengan mata uang dolar.

Informasi ini penting, sehingga tidak sekadar manut pada manajer investasi yang mengelola dana kita. Kalau semua manajer investasi selalu benar, mungkin Lehman Brothers atau perusahaan keuangan pengelola dana investasi tidak ada yang bangkrut.

Selain mengikuti perkembangan investasi, jangan sungkan mempelajari pengetahuan dasar mengenai instrumen yang dibeli. Baik sebatas pengetahuan, atau mungkin malah bisa jadi alasan menentukan strategi. Sebab penting juga, seperti contoh para investor besar itu, untuk tahu kapan harus memindahkan atau mengubah instrumen investasi.

Satu-satunya yang tidak perlu diubah adalah investasi pendapatan tetap, yaitu deposito. Setiap tahun suku bunganya tetap, tapi inflasi yang menggerogotinya bisa bertambah. Akhirnya, nilai bersihnya pun bisa berubah pula.

Jangan khawatir untuk memulai, dan jangan memulai jika masih ragu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar