1. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Sejarah akuntansi di Indonesia tentu saja tidak bisa
lepas dari perkembangan akuntansi di Negara asal perkembangannya. Dengan kata
lain, Negara luarlah yang membawa akuntansi itu masuk ke Indonesia meskipun
pada saat itu masyarakat Indonesia sendiri memiliki sistem akuntansi atau
sistem pencatatan pelaporan tersendiri. Menurut Sukoharsono (1997) menilai
akuntansi masuk ke Indonesia melalui pedagang Arab yang melakukan transaksi
bisnis di kepulauan Nusantara.
Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia
dapat di bagi atas zaman kolonial dan zaman kemerdekaan.
a. Zaman kolonial
Belanda datang ke Indonesia kurang lebih akhir abad
ke-16 dengan tujuan untuk berdagang. Kemudian mereka membentuk perserikatan
Maskapai Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC) yang didirikan pada tahun 1602. VOC membuka
cabangna di Batavia pada tahun 1619 dan akhie abad ke-18 VOC mengalami
kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada 31 Desember 1799. Dalam kurun waktu
itu, VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan rempah-rempah di Indonesia, dan sejak saat itu Belanda telah
melakukan pencatatan atas mutasi transaksi keuangannya.
Sehubungan dengan itu, Ans Saribanon (1980) mengemukakan bahwa menurut Stible dan Stroomberg, bukti autentik mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada menjelang pertengahan abad ke-17. Hal itu ditunjukan dengan adanya sebuah Instruksi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dan jumlah uang yang diperlukan untuk pengeluaran (eksploitai) garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya.
Setelah VOC bubar pada tahun 2799, kekuasaannya
diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Zaman penjajahan Belanda dimulai tahun
1800-942 yang catatan pembukuannya menekankan pada mekanisme debet dan kredit
yang antara lain dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit (bergerak dalam
usaha peredaran candu atau morfin) di Batavia.
Pada abad ke-19 banyak perusahaan Belanda yang
didirikan atau membuka cabang di Indonesia. Catatan pembukuannya merupakan
modifikasi sitem Venesia-Italia, dan tidak dijumpai adanya pemikiran konseptual
untuk mengembangkan sistem pencatatan tersebut karena kondisinya sangat
menekankan pada prakti-praktik dagang yang semata-mata untuk kepentingan
perusahaanBelanda. Sedangkan, segmen bisnis menengah kebawah dikuasai oleh
pedagang keturunan, yaitu : Cina, India, dan Arab. Sejalan dengan itu, ada
kebebasan dalam penyelenggaraan pembukuan sehingga praktik pembkuannya
menggunakan atau dipengaruhi oleh sistem asal etnis yang bersangkutan.
Hadibroto (1992) mengikhtisarkan sistem pembukuan
asal etnis sebagai berikut:
1. Sistem pembukuan cina, yang terdiri dari 5 kelompok,
yaitu:
- Sistem Hokkian (Amoy)
- Sistem Kanton
- Sistem Hokka
- Sistem Tio Tjoe atau sistem Swatow
- Sistem Gaya Baru (new system)
2. Sistem pembukuan India atau Sistem Bombay
3. Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut
Sejalan dengan itu, pada masa penjajahan Jepang
(1942-1945), kondisi pembukuan pada masa pendudukan jepang tidak mengalami perubahan yang berarti, tetap
menggunakan pola Belanda. Hal tersebut karena pada masa itu banyak orang
Belanda yang dimasukan kedalam sel oleh tentara Jepang, dan ini menyebabkan kekurangan tenaga kerja.
Sehingga diadakan pelatihan pegawai dan kursus-kursus pembukuan pola Belanda. Jepang juga mengajarkan pembukuan dengan
menggunakan huruf Kanji, namun tidak diajarkan pada orang-orang Indonesia.
b. Zaman kemerdekaan
Sistem akuntansi yang berlaku di Indonesia awalnya
adalah sistem akuntansi Belanda yang lebih dikenal dengan sistem tata
buku. Sistem ini merupakan subsistem
dari ilmu akuntansi dalam bidang metode pencatatan, jadi bukan seperti disiplin
ilmu akuntansi yang dikenal di Amerika.
Pendidikan formal yang mengajarkan tata buku ini adalah SMEP (Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), serta SMA (Sekolah
Menengah Atas) jurusan sosial dan seterusnya di Universitas yang memiliki
Fakultas Ekonomi.
Di dunia pendidikan tinggi kurikulum akuntansinya
berpola Belanda masih berpengaruh kuat sampai dengan pertengahan dasawarsa
tahun 1970-an. Dalam masa itu untuk memperoleh gelar akuntan harus melalui
sistem panjang dengan lama pendidikan 6 tahun, yaitu 4 tahun untuk studi
ekonomi perusahaa, dan 2 tahun untuk studi akuntansi dengan buku teks karangan
penulis Belanda yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh R.
Soeminta Adikoesoemah antara lain Tata
Buku Amanuli ; Tata Buku Lanjutan oleh Dr. A.J.A. Prange, dan lain
sebagainya.
Tingkat pendidikan menengah SMEA dan SLTA/SMU, buku
pegangannya adalah Tatat Buku-Amanuli dan
Hitung Dagang saduran Effendi harahap
maupun buku-buku karangan Z.A. Moechtar bahkan sampai dengan dasawarsa 1970-an.
Setelah kemerdekaan, kebencian kepada belanda juga
mempengaruhi eksistensi perusahaan Belanda sehingga pada tahun 1950-an
perusahaan milik Belanda dinasionalisasi dan modal asing pun mulai masuk. Modal
asing yang masuk ini umumnya berasal dari perusahaan Amerika. Amerika juga
membawa sistem akuntansinya tersendiri yang haus diikuti oleh perusahaan
miliknya di Indonesia. Pada saat yang sama, perusahaan yang ada masih tetap
mengikuti sistem akuntansi Belanda yang sudah mapan. Sejak saat ini muncullah
dualisme sistem akuntansi di Indonesia.
Pada tahun 1905 dengan diterapkannya kebijaksanaan
pintu terbuka, beberapa perusahaan asing selain Belanda mulai masuk dan
beroperasi di Indonesia, antara lain Shell (Inggris), Caltex dan Stanvak
(Amerika Serikat), maka nuansa baru praktik pembukuan mulai timbul di
Indonesia, namun masih terbatas sekali pengaruhnya.
Masuknya modal asing ke Indonesia serentak dengan masuknya bantuan luar negeri khususnya dari Amerika dan sekutunya sehingga pemerintah Amerika juga memberikan bantuan berupa sistem akuntansi di pemerintahan, dosen-dosen tamu yang mengajar di berbagai universitas di Indonesia, dan memberikan beasiswa kepada dosen Indonesia untuk belajar di Amerika. Maka muncullah sistem baru, buku-buku teks akuntansi Amerika dan mejadi bahan pelajaran di universitas. Ahli-ahli akuntansi pun semakin banyak . Sistem auntansi Amerika lebih dominan.
Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia atas bantuan
pinjaman dari World Bank melakukan upaya hamonisasi sistem akuntansi sehingga
diupayakan untuk meghapus dualism tadi. Upaya yang dilakukan yaitu mendirikan
Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) di empat universitas, yaitu UI, UGM, UNPAD,
dan USU. PPA ini disampin memberikan
beasiswa kepada dosen-dosen perguruan tinggi juga melakukan penataran akuntansi
kepada seluruh guru-guru tata buku di SMEA maupun SMA di Indonesia. Dengan
selesainya proyek itu, maka di SMEA, SMA dan diikuti oleh lembaga kursus sistem
akuntansi Amerikalah yang diajarkan dan berakhirlah sistem dualisme sistem akuntansi
dan pendidikan akuntansi di Indonesia.
2. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Internasional
Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan
dilakukan dengan cara sederhana, dan cacatan tertua ang ditemukan sampai saat
ini masih disimpan dan berasal dari Babilonia pada 3600 sebelum masehi, dan
juga diperoleh dimesir dan yunani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara
sistematis dan serinng tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap
dikembangkan di Ialia setelah dikenal angka-angka decimal arab dan semakin
berkembangnya dunia usaha pada waktu itu. Perkembangan akuntansi terjadi secara
bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan (double entry
system). Oleh pedagang-pedagang Venesia yang merupakan kota dagang yang
terkenal di Italia pada masa itu.
Dengan dikenalnya sistem pembukuan berpasangan
tersebut, pada tahun 1494 telah ditebitkan sebuah buku tentang pelajaran
pembukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli
matematika bernama Lucas Pacioli dengan bukunya yang berjudul Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni
et Proportionalita yang diterbitkan
di tahun 1494 di Venesia yang berisi tentang pelajaran ilmu pasti. Namun
didalam buku itu terdapa ebberapabagian yang berisi pelajaran pembukan untuk
para pengusaha. Bagian itu berjudul Tractatus
de Computis et Scriptorio. Buku itu kemudian tersebar di Eropa Barat dan
selanjutnya dikembangkan oleh pengarang beriktnya. Sistem pembukuan berpasangan
tersebut selanjutnya berkembang dengan sistem yang menyebut asal negaranya,
misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan sistem Amerika Serikat. Sistem
Belanda atau sistem tata buku disebut juga sistem continental ke Anglo-Saxon.
Pada abad pertengahan, pusat perdagangan pindah dari venesia ke Eropa Barat.
Eropa Barat terutama inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi
industry. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada
akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat
yang disebut Accounting (akuntansi). Sejalan
dengan perkembangan teknologi di Negara itu, sekitar pertengahan abad ke-20
telah digunakan computer untuk pengolahan data akuntansi sehingga praktik
pembukuan berpasangan dapat diselasaikan dengan lebih baik dan fisien. Pada zaman
penjajahan Belanda, perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku.
Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan
berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya diantaranya teknik
pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (anglo-saxon) mulai
diperkenalkan di Indoneia. Jadi, sistem pembukuan yang dipkai di Indonesia
berubah dari sistem Eropa (continental) ke sistem Amerika (anglo-saxon).
Menurut Choi dan Muller (a998:1) bahwa ada tiga
kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi internasional kedalam dimensi
internasional yang terus tumbuh, yaitu (1) factor lingkungan, (2)
Internasionalisasi dari disiplin akuntansi dan (3) Internasionalisasi dari
profesi akuntansi. Ketiga factor tersebut dalam perjalanan/ perkembangan
akuntansi sangat berperan dan menetukan arah dari teori akuntansi yang selama
bertahun-tahun dan decade banyak para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannya
untuk mengembangkan teori akuntansi dan ternyata mengalami kegagalan dan hal
tersebut menyebabkan terjadnya evolusi dari “theorizing” ke “conceptualizing”.
Iqbal, Melcher dan Elmallah(1997:18) mendefinisikan
akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar Negara,
pembanding prinsip-prinsip akuntansi di Negara yang berlainan dan harmonisasi
standar akuntansi di seluruh dunia.
Sejarah akuntansi merupakan sejarah internasional.
Sebagai permulaan, sistem pembukuan berpasangan yang umumnya dianggap sebagai
awal pencipta akuntansi seperti yang kita ketahui selama ini berawal dari
Italia pada abad ke 14 dan 15.
Perkembangannya didorong oleh pertumbuhan
perdagangan internasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan
dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap
transaksi komersial. Pembukuan Italia kemudia beralih ke Jerman untuk membantu
para pedagang pada zama Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada waktu yang hamper
bersamaan, para filsuf hitvis di Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan
periodic dan aparat pemerintahan di Prancis menemukan keuntungan menerapkan
keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah. Perkembangan
Inggris Raya menciptakan kebutuhan yang tak terelakan lagi bagi kepentingan
komersial Inggris untuk megelola dan mengendalikan perusahaan di daerah koloni
dan untuk pencatatan perusahaan kolonial mereka yang akan diperiksa ulang dan
diverifikasi. Kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan tumbuhnya masyarakat
akuntansi pada tahun 1850-an dan suatu profesi akuntansi public yang
terorganisasi di Skotlandia dan Inggris selama tahun 870-an. Praktik akuntansu
Inggris menyebar luas tidak hanya di sluruh Amerika Utara, tetapi juga di
seluruh wilayah Persemakmuran Inggris yang ada pada waktu itu.
Sumber:
3. Standar Akuntansi di Indonesia
a. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi
profesi akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi
perkembangan akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat nasional, regional,
maupun global, khususnya yang mempengaruhidunia usaha dan profesiakuntansi
sendiri. Pengembangan standar akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada
tahun 1957 hingga kini pengembangan standar akuntansi ini dilakukan secara
terus-menerus, pada tahun 1973 terbentuk Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan
Struktur GAAP dan GAAS. Kemudian pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip
AKuntansi Indonesia (komite PAI) yang bertugas menyusun standar keuangan. Pada
periode kepengurusan tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite
Standar Akuntansi Keuangan (komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal
23-24 september1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk
menyusun dan mengesahkan PSAK.
b. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar AKuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu
kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman
dalam penyajian laporan keuangan. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil
Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia
tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi
yang ada seperti IAS, IFRS, ETAP, GAAP. Selain itu ada juga PSAK Syariah dan
juga SAP. Selain itu untuk keseragaman laporan keuangan, standar akuntansi juga
diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor
serta memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia SAK yang
diterapkan akan berdasarkan IFRS.
Sejak tahun 1994, IAI juga memutuskan untuk
melakukan hamonisasi dengan standar akuntansi internasiona dalam pengembangan
standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi
ke adaptasi, kemuadian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standar
(IFRS). Dalam perkembanganny, standar akuntansi keuangan ters direvisi
secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar
baru sejak tahun 1994. Proses revis telah dilakukan 6 kali yaitu pada 1 Oktober
195, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004 dan 1 September
2007. Buku “Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya
sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6
PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besa, sekarang ini terdapat 2
KDPPLK, 62 PSAK dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan
yang baik maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesai
dengan kebutuhannya. Awalnya, cikal bakal penyusun standar akuntansi adalah
Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Stuktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk
pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk PAI yang bertugas selama 4 periode
kepenguruan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus
diperbarui. Selanjutnya pada kepengurusan IAI tahun 1994-1998 Komite PAI diubah
namanya menjadi Komite SAK.
Sekarang ini Standar Akuntansi yang dikeluarkan IAI
disebut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Namun dengan adanya
standar akuntansi untuk entitas syariah maka ada dua jenis standar akuntansi,
yaitu standar akuntansi konvensional dan syariah yang saling mendukung.
4. Standar Akuntansi Internasional
Di USA berlaku General
Accepted Accounting Principle (GAAP), kemudian Accounting Principle Board Statement (APBS) dan yang terakhir
menjadi FASB Statement. Di USA sekarang lembaga yang berwenang mensahkan
standar akuntansi adalah Financial
Accounting Standard Board (FASB) yang bebas dari pengaruh profesi secara
langsung. Namun, pada mulanya standar akuntansi dilahirkan oleh AICPA. FASB
mengelarkan Statement of Financial AccountingStandards dan Interpretation bersama
dengan Accounting Research Bulletin yang
dikeluarkan oleh AICPA.
Adapaun pihak yang ikut serta dalam menyusun standar
akuntansi di Amerika adalah :
- Kantor Akuntan Besar yang dikenal dngan “Big 8”
- American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) – Akuntan Publik
- Financial Accounting Standard Board (FASB) – Lembaga Penyusun Standar Akuntansi
- Governmental Accounting Standard Board (GASB) – Lembaga Penyusun Standar Akuntansi untuk Pemerintah.
- Securities and Exchange Commision (SEC) – Badan Pengawasan Pasar Modal
- American Accounting Association (AAA) – Organisasi Akademik
- Financial Executives Institute (FEI) – Para Eksekutif Keuangan
- The Institute of Management Accounting dahulu namanya National Association of Accountant (NAA) – Organisasi Akuntan Manajemen
- Dan lain-lain
a. Kantor Akuntan Big Eight (Big 8)
Banyak pengaruh prinsipil yang disarankan kantor
akuntan besar ini dalam perkembangan aukntansi secara keseluruhan. Sebelum
adanya standar yang baru masing-masing kantor ini sebenernya sudah memiliki
praktik akuntansi yang mungkin berbeda antara satu kantor dengan kantor lain.
Mereka ini banyak mengeluarkan dana untuk kepentingan riset dan pengembangan
profesi akuntansi ini secara keseluruhan. Adapun 8 kantor akuntan besar ini yaitu Arthur Andersen & Co ; Arthur
Young & Co ; Coopers and Lybrand ; Ernst and Whinney ; Price waterhouse
& Co ; Deloitte, Hanskins and Sells ; Peat Marwick, Mitchell & Co ; dan
Touche Ross & Co. namun pada tahun terakhir ini beberapa kantor akuntan
ini sudah melakukan merger sehingga sekarang dikenal dengan “Big 5” yang
terdiri dari yaitu Arthur Andersen ;
Ernst and Young ; Price waterhouse ; Deloitte & Touche ; dan KPMG. Namun,
karena Arthur Andersen bubar akibat kasus Enron,
saat ini hanya tersisa “Big 4” yaitu Ernst
and Young ; Price waterhouse ; Deloitte & Touche ; dan KPM.
b. Financial
Accounting Standard Board (FASB)
Pada tahun 1930 AICPA menunjuk tim yang bekerja sama
dengan SEC dan terbentuklah sebuah komite yang disebut Committee on Accounting Procedures yang anggotanya terdir dari
praktisi di bidang Akuntan Publik. Selama masa kerjanya komite ini mengeluarkan
51 ARB (Accounting Research Bulletins)
dar tahun 1939-1959. Komite ini berhasil melahirkan beberapa standar akuntansi
tetapi tidak berhasil merumuskan struktur dari standar akuntansi dan akhirnya
tahun 1959 AICPA membentuk APB (Accounting
Principle Board). Badan ini lebih banyak wewenangnya dari komite sebelumnya
dan mengeluarkan APB Opinion sebanyak 31 dari tahun 1959-1973. Pada tahun 1971
karena kekhawatiran akan campur tangan pemerintah terhadap penyusunan standar
akuntansi, AICPA menunjuk Wheat Committee yang membubarkan APB dan membentu FAF
(financial accounting foundation) serta membawahi FASB dan FASAC (financial
accounting standards advisory council).
Untuk memperjelas FASB statement, kadang-kadang FASB
harus mengeluarkan FASB Interpretation yang memiliki kekuatan yang sama dengan
statement.
c. Securities
and Exchange Commision (SEC)
SEC sebagai lembaga yang mengatur mengenai pasar
modal di USA dibentuk tahun 1934 dan bertanggungjawab untuk mengatur dan
menyusun undang-undang bursa efek dan menjamin bahwa laporan keuangan yang
dibuat oleh perusahaan yang go public disajikan secara layak dan full
disclosure. Oleh karena itu, SEC bersama lembaga lain ikut aktif dalam
melahirkan suatu standar akuntansi. Berdasarkan Securities Acts tahun 1934, SEC
memiliki kekuasaan untuk menetapkan standar akuntansi.namun, dalam praktik
kekuasaan akuntansi yang dimilikinya ini didelegasikan ke FASB sepanjang tidak diatur
lain oleh SEC, lihat ARS No. 150 yang mengatakan bahwa FASB adalah badan resmi
yang menyusun standar akuntansi.
d. American
Accounting Association (AAA)
The AAA adalah organisasi akuntan yang berkiprah di
bidang akademik seperti professor, dosen, peneliti, staff, pengajar atau orang
yang mempnyai perhatian terhadap pengembangan teori dan praktik akuntansi. Pada
mulanya pendekatan AAA dalam merumuskan teori akuntansi adalah induktif dan
akhirnya secara perlahan-lahan pindah mengikuti pola deduktif setelah revisi
buku Accounting and Reporting Standards
for Corporate Financial Statements pada tahun 1957.
e. International
Financial Reporting standars (IFRS)
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar
akuntansi internasional disusun oleh 4 organisasi utama dunia yaitu Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB) ;
Komisi Masyarakat Eropa (EC) ; Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC) ; Federasi
Akuntansi Internasional (IFAC).
Pada tahun 1982, IFAC mendorong IASC sebagai standar
akuntansi global. Hal yang sama dilakukan IFAC pada 1989. Pada 1995
negara-negara Uni Eropa menandatangani kesepakatan untuk menggunakan IAS.
Setahun kemudian SEC berinisiatif untuk mulai mengikuti GAS. Pada 2001 dibentuk
IASB sebagai IASC untuk melakukan konvergensi ke GAS dengan kualitas yang
meliputi prinsip-prinsip lporan keuangan dengan standar tunggal yang
transparan, bisa dipertanggungjawabkan, comparable, dan berguna bagi pasar
modal. Pada tahun 2001, IASC, IASB, dan SIC mengadopsi IASB. Pada tahun 2002,
FASB dan IASB sepakat untuk melakukan konvergensi standar akuntansi US GAAP dan
IFRS. Langkah ini untuk mejadikan kedua standar tersebut menjadi compatible.
Memang, hingga saat ini IFRS belum menjadi one
global accounting standard. Namun standar ini telah digunakan oleh lebih dari
150 negara termasuk jepang, china, kanada, dan 27 negara Uni Eropa. Sedikitnya
85 negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS
untuk semua perusahaan domestic atau perusahaan yang tercatat. Bagi perusahaan
yang go internasional atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia,
Russia, danbeberapa Negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain
menerapkan IFRS. Proses yang panjang
tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang meupakan suatu
tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya berdasakan standar
yang bisa diterima secara global. Jika sebuah Negara beralih ke IFRS, artinya
Negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan.
Sumber: